Produkasli.co.id – Setiap tanggal 12 April, umat Muslim Indonesia mengenang sosok Ustaz Jefri Al Buchori atau yang akrab disapa Uje. Meski telah berpulang pada tahun 2013, kenangan akan dakwah dan kebaikannya masih melekat di hati masyarakat. Pada momen ulang tahun sang suami tahun ini, Umi Pipik kembali mengungkap pesan terakhir Uje yang menyentuh dan sarat makna.
Ungkapan Umi Pipik bukan hanya sebagai bentuk cinta yang tak lekang oleh waktu, tetapi juga menjadi pelajaran hidup yang dapat diambil oleh banyak orang. Melalui kenangan itu, kita diajak untuk merenungi pentingnya menjaga keimanan, kesabaran, dan keteguhan dalam menghadapi ujian hidup.
Pesan Tentang Keberlanjutan Dakwah
Salah satu pesan terakhir yang paling membekas bagi Umi Pipik adalah wasiat Uje tentang keberlanjutan majelis taklim. Uje meminta agar kegiatan dakwah yang telah dirintisnya tetap berjalan meskipun dirinya telah tiada.
Menurut Umi Pipik, suaminya sangat menekankan pentingnya menjaga keberlangsungan pengajian dan menyebarkan ilmu agama kepada masyarakat. Bagi Uje, majelis taklim adalah pondasi untuk membentuk generasi yang berakhlak mulia.
Hingga hari ini, Umi Pipik terus menjalankan pesan itu dengan aktif berdakwah dan membimbing anak-anak muda, khususnya kaum wanita, agar lebih dekat kepada Allah.
Pesan Tentang Ujian Hidup yang Dahsyat
Tak hanya itu, Uje juga memberikan peringatan kepada sang istri bahwa akan ada ujian berat yang menantinya setelah kepergiannya. Pesan ini disampaikan Uje jauh sebelum ia meninggal dunia, seolah memiliki firasat akan masa depan.
“Ujian kamu nanti dahsyat, sabar ya,” demikian kenang Umi Pipik tentang ucapan terakhir suaminya.
Dan benar saja, setelah kepergian Uje, Umi Pipik harus menghadapi berbagai tantangan—dari membesarkan anak-anak seorang diri, menghadapi tekanan publik, hingga menjaga warisan dakwah Uje tetap hidup. Namun dengan keimanan dan keteguhan hati, ia berhasil melewati semuanya.
Pertemuan dalam Mimpi dan Pesan Spiritual
Menjelang pernikahan putri sulung mereka, Adiba Khanza, Umi Pipik mengaku pernah didatangi Uje dalam mimpi. Dalam mimpi itu, Uje mengucapkan terima kasih karena Umi Pipik telah menjaga dan membimbing anak-anak mereka dengan baik.
Tak hanya itu, Uje juga menitipkan amalan berupa selawat sebagai bekal rohani bagi Umi Pipik dan keluarganya. Mimpi tersebut bukan hanya menjadi penghibur, tapi juga menjadi pengingat bahwa cinta sejati tak terputus oleh kematian.
Surat Haru di Hari Pernikahan Anak
Pada momen pernikahan Adiba, Umi Pipik menuliskan surat yang mengharukan untuk almarhum suaminya. Dalam surat itu, ia menegaskan bahwa dirinya telah menunaikan amanah untuk mendidik anak-anak dalam naungan Islam, sesuai dengan pesan yang ditinggalkan Uje.
Surat itu menjadi simbol bahwa cinta, kesetiaan, dan tanggung jawab dapat terus hidup, bahkan setelah perpisahan raga.
Warisan Keteladanan Uje
Pesan terakhir Uje yang diungkap Umi Pipik tidak hanya menyentuh sisi emosional, tapi juga membawa pesan moral yang kuat. Ia menunjukkan bahwa kebaikan, ketulusan, dan semangat dakwah adalah warisan yang paling berharga.
Bagi banyak orang, Uje bukan hanya pendakwah, tapi juga teladan dalam menjalani hidup dengan penuh syukur dan tanggung jawab. Sementara Umi Pipik menjadi simbol kekuatan seorang istri dan ibu dalam menghadapi badai kehidupan.
Penutup
Peringatan ulang tahun Uje bukan hanya momen mengenang sosok almarhum, tapi juga refleksi tentang pentingnya mewariskan nilai-nilai kebaikan. Pesan terakhir Uje yang diungkap Umi Pipik memberi pelajaran mendalam: bahwa hidup bukan soal berapa lama kita hidup, tapi seberapa banyak manfaat yang kita tinggalkan.
Dengan terus menghidupkan pesan-pesan Uje, Umi Pipik membuktikan bahwa cinta sejati tak lekang oleh waktu, dan warisan spiritual jauh lebih abadi dari sekadar materi. Semoga pesan ini menginspirasi lebih banyak orang untuk hidup lebih bermakna.