Dampak Negatif Sampah Plastik Di Lautan

Kebiasaan menggunakan plastik memang sudah menjadi kebiasaan kita sehari-hari, mulai dari kantong belanja (baik di pasar, warung, supermarket), Botol minuman, maupun wadah lainnya. Kebiasaan tersebut memang sudah mulai dikurangi sedikit demi sedikit, dari membawa tas belanja,botol air minum dari rumah dan lain sebagainya. Bagi sebagian orang yang masih menggunakan plastik memanglah harus diedukasi agar mengerti bahwa penggunaan plastik yang bisa menjadi sampah, sangat berbahaya bagi lingkungan kita. AQUA dalam kampanyenya #BijakBerplastik, mengedukasi pelajar, pedagang, hingga ke masyarakat luas.

Dampak sampah plastik terhadap lingkungan merupakan akibat negatif yang harus ditanggung alam Dampak ini ternyata sangat signifikan. Sebagaimana yang diketahui, plastik yang mulai digunakan sekitar 50 tahun yang silam, kini telah menjadi barang yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Diperkirakan ada 500 juta sampai 1 milyar kantong plastik digunakan penduduk dunia dalam satu tahun. Ini berarti ada sekitar 1 juta kantong plastik per menit. Untuk membuatnya, diperlukan 12 juta barel minyak per tahun, dan 14 juta pohon ditebang. Konsumsi berlebih terhadap plastik, pun mengakibatkan jumlah sampah plastik yang besar. Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Sampah kantong plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara. Kantong plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene. Minyak, gas dan batu bara mentah adalah sumber daya alam yang tak dapat diperbarui. Semakin banyak penggunaan plastik berarti semakin cepat menghabiskan sumber daya alam tersebut. (1) Terutama di lautan, sampah plastik yang berada di lautan sangatlah berbahaya mulai dari lingkungan di lautan itu sendiri, merusak ekosistem biota lautnya, hingga berdampak kepada manusia itu sendiri.

Bahaya Sampah Plastik di Lautan

  • Merusak keseimbangan nutrien di laut

Adanya mikroplastik atau serpih plastik berukuran lebih kecil dari 5mm membuat nutrien di laut jadi tak seimbang. Dilansir dari situs repurpose.global, mikroplastik adalah ancaman yang besar untuk penyaring sekaligus pengumpan seperti ikan paus dan Manta Ray.  Padahal jenis ikan tersebut punya peranan besar pada setiap pergerakannya di lautan. Setiap harinya, mereka menyerap air dalam jumlah besar untuk kemudian disaring dan nutriennya disebarkan pada ribuan spesies bawah laut.  Sayangnya, sampah plastik yang sekarang memenuhi lautan dapat membahayakan ikan paus dan Manta Ray. Racun yang terkandung di dalam mikroplastik akan berbahaya bagi metabolisme dan fungsi reproduksi. Begitu eksistensi ikan penyaring pengumpan terancam, dengan kata lain ekosistem juga turut terancam karena rusaknya keseimbangan nutrien di laut.

  • Membahayakan keselamatan hewan bawah laut

Sudah sering terpampang di media hasil jepretan memilukan tentang hewan-hewan laut yang kini hidup berdampingan dengan sampah plastik. Fauna di lautan kerap salah mengira sampah plastik adalah makanannya. Seperti contohnya penyu yang semestinya memakan ubur-ubur, justru memakan sampah plastik di laut.  Sekarang ini, diperkirakan 3 dari 7 spesies penyu terancam punah. Juga menurut wwf.panda.org, setidaknya 267 spesies di seluruh dunia turut terkena bahaya sampah plastik, yang meliputi 84% penyu laut dan 43% mamalia laut.

  • Merusak terumbu karang

Terumbu karang berperan besar karena menyediakan habitat yang sangat krusial dalam kelangsungan hidup spesies laut. Bukan hanya itu, terumbu karang juga dapat menyesuaikan kadar karbon dan nitrogen dalam air serta menghasilkan nutrisi penting untuk rantai makanan laut. Namun dengan lautan yang bergelimang sampah plastik, jumlah patogen di perairan meningkat cepat. Berdasarkan studi yang dipimpin Joleah B Lamb (2018), sebanyak 89% terumbu karang yang bersentuhan dengan plastik cenderung terjangkit penyakit. Hal ini sangat mengkhawatirkan melihat fakta bahwa 60% dari terumbu karang rusak parah dan setengah dari Karang Penghalang Besar, terumbu karang terbesar di dunia telah mati.

  • Mengurangi populasi fitoplankton

Bahaya lain yang disebabkan oleh sampah plastik di laut adalah berkurangnya populasi fitoplankton. Sejatinya tumbuhan yang hidup di air membantu produksi oksigen di lautan. Tumbuh-tumbuhan, termasuk fitoplankton menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis. Berkat oksigen dari laut, setidaknya akan ada penurunan emisi karbon dioksida. Namun jika sampah plastik mengganggu populasi fitoplankton, produksi oksigen dari lautan tentu akan berkurang dan membahayakan planet bumi.

  • Mengancam eksistensi burung laut

Sampah plastik turut membahayakan burung laut. Menurut artikel ilmiah Threat of plastic pollution to seabirds is global, pervasive, and increasing (2015), 90% dari burung laut memakan sampah plastik. Isi perut dari burung laut kebanyakan adalah sampah plastik yang berupa tutup botol, serat sintetis pakaian dan mikroplastik.  Chris Wilcox selaku pimpinan studi ini menyatakan keterkejutannya. Diprediksi bahwa jumlah spesies dengan sampah plastik di dalam tubuh akan meningkat cepat beberapa persen setiap tahunnya.

  • Berbahaya bagi kesehatan manusia

Seperti yang diketahui, sampah plastik di laut tidaklah terurai. Melainkan hanya bisa berubah menjadi serpihan yang lebih kecil. Sampah plastik dapat berbahaya bagi kesehatan manusia lewat rantai makanan. Ketika hewan-hewan laut memakan sampah plastik, manusia turut terancam lantaran sebagian makanan yang dikonsumsi berasal dari laut. Menurut studi kasus yang dikembangkan oleh mahasiswa Montana State University (2012), di dalam plastik terdapat kandungan timbal, kadmium, dan merkuri yang sangat beracun. Ada pula plastik yang mengandung diethylhexyl phthalate (DEHP). Racun-racun lain yang ada pada plastik dapat menyebabkan berbagai permasalahan bagi manusia seperti kanker, terganggunya sistem kekebalan tubuh dan perkembangan anak, hingga cacat lahir.

  • Berdampak buruk bagi perekonomian

Perekonomian akan dirugikan pula dengan meningkatnya sampah plastik di laut, terutama bagi industri perikanan dan pariwisata. Sebagaimana dilansir dari worldfinance.com, kepingan plastik bisa menyebabkan kerusakan pada alat-alat penangkapan ikan. Bukan hanya butuh untuk diperbaiki, namun sebagian kerusakan yang disebabkan oleh sampah plastik mengharuskan penggantian kapal.  Bagi industri pariwisata, sampah plastik mengurangi eksotisme destinasi wisata. Sejumlah pantai sekarang ini dipenuhi dengan gunungan sampah plastik sehingga berujung pada berkurangnya jumlah pengunjung. Itu artinya, pendapatan kian merosot jika masalah ini tak lekas ditanggulangi.(2)

Dampak sampah plastik memanglah sangat berbahaya bagi biota laut, bahkan bisa juga membahayakan kita, sebagai manusia. Baik dari segi kesehatan maupun perekonomian. Maka dari itu kita harus selalu mengurangi penggunaan plastik dan mengikuti kampanye #BijakBerplastik, karena Indonesia AQUA sudah sering bekerja sama dengan pemerintah maupun instansi terkait untuk menggalakan edukasi sampah plastik di laut. Kerja sama ini bisa terlaksana atas komitmen multipihak yang memiliki visi serupa, di antaranya adalah Danone-AQUA dan sejumlah lembaga Pemerintah Indonesia yang meyakini prinsip circular economy; mengurangi sampah plastik serta menggunakannya sebagai sumber daya secara terus-menerus. Kolaborasi dalam sistem dan inovasi multipihak ini bisa menjadi harapan baru bagi upaya pembersihan laut di Indonesia. (3)

  1. https://bulelengkab.go.id/.
  2. https://www.idntimes.com/science/discovery/nurfi/bahaya-fatal-sampah-plastik-di-laut-exp-c1c2/7
  3. https://aqualestari.aqua.co.id/article/single/kerja-sama-danone-aqua-pemerintah-dan-the-ocean-cleanup-cegah-sampah-plastik-masuki-lautan-dengan-the-interceptor-001/
Similar Posts