Produkasli.co.id – Belakangan ini, Singapura melaporkan peningkatan kasus Herpes Zoster, yang lebih dikenal dengan istilah cacar ular, di kalangan masyarakat. Penyakit ini, yang disebabkan oleh virus varicella-zoster (VZV), sebelumnya hanya dianggap sebagai masalah musiman, namun kini perhatian masyarakat dan tenaga medis tertuju pada kemungkinan adanya hubungan antara lonjakan kasus herpes zoster dengan pandemi Covid-19. Lantas, apakah benar Covid-19 dapat berperan dalam peningkatan kasus herpes zoster? Artikel ini akan membahas kemungkinan hubungan tersebut serta faktor-faktor yang dapat memengaruhi kondisi ini.
Apa Itu Herpes Zoster?
Herpes Zoster adalah infeksi yang disebabkan oleh virus varicella-zoster, virus yang sama yang menyebabkan cacar air. Setelah seseorang sembuh dari cacar air, virus ini tidak sepenuhnya hilang dari tubuh, tetapi tetap terkunci dalam sistem saraf. Virus ini bisa teraktifasi kembali bertahun-tahun setelah infeksi pertama, biasanya pada usia yang lebih tua atau ketika sistem kekebalan tubuh melemah.
Gejala utama dari herpes zoster adalah ruam kulit yang sangat nyeri, sering kali terbatas pada satu sisi tubuh, yang bisa disertai dengan rasa terbakar, gatal, atau nyeri yang intens. Herpes zoster lebih sering terjadi pada orang dewasa berusia lebih dari 50 tahun, tetapi orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, akibat penyakit atau pengobatan tertentu, juga berisiko lebih tinggi.
Peningkatan Kasus Herpes Zoster di Singapura
Singapura, yang dikenal dengan sistem kesehatan yang sangat baik, baru-baru ini melaporkan peningkatan signifikan dalam kasus herpes zoster. Berdasarkan data dari otoritas kesehatan setempat, sejumlah rumah sakit di Singapura mengalami lonjakan kasus herpes zoster sejak awal 2023. Meskipun infeksi ini tidak baru, lonjakan yang terjadi pasca-pandemi Covid-19 memicu banyak pertanyaan.
Peningkatan jumlah kasus herpes zoster ini mulai terlihat setelah berakhirnya gelombang besar Covid-19. Pemerintah Singapura dan tenaga medis setempat mulai mengamati adanya hubungan antara kedua fenomena tersebut, mengingat Covid-19 telah mengubah berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk kesehatan dan sistem kekebalan tubuh.
Apakah Covid-19 Bisa Memicu Herpes Zoster?
Salah satu alasan utama mengapa Covid-19 bisa berperan dalam peningkatan kasus herpes zoster adalah dampaknya pada sistem kekebalan tubuh. Infeksi Covid-19, terutama yang parah, dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi lain, termasuk reaktivasi virus varicella-zoster yang menyebabkan herpes zoster.
Studi ilmiah menunjukkan bahwa infeksi virus, stres fisik dan emosional yang disebabkan oleh penyakit parah, serta pengobatan yang digunakan untuk mengobati Covid-19 (seperti kortikosteroid), dapat mempengaruhi fungsi sistem imun tubuh dan menyebabkan reaktivasi virus yang tertidur. Oleh karena itu, orang yang pulih dari infeksi Covid-19 atau yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang tertekan mungkin lebih rentan mengembangkan herpes zoster.
Selain itu, banyak orang yang mengalami stres emosional dan fisik selama pandemi Covid-19, yang bisa memengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Stres ini dapat menjadi faktor pemicu reaktivasi virus varicella-zoster. Ketika sistem kekebalan tubuh tertekan, virus yang tersembunyi bisa kembali aktif dan menyebabkan herpes zoster.
Faktor Risiko Lain yang Berperan
Selain infeksi Covid-19, ada beberapa faktor lain yang dapat berkontribusi pada meningkatnya kasus herpes zoster di Singapura dan negara lainnya:
- Penuaan
Seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh menjadi lebih lemah, meningkatkan risiko reaktivasi virus varicella-zoster. Masyarakat usia lanjut lebih rentan terhadap herpes zoster, dan mereka lebih sering membutuhkan perawatan medis yang lebih intensif. - Penggunaan Obat Imunosupresif
Obat-obatan yang digunakan untuk menekan sistem imun, seperti kortikosteroid atau obat imunoterapi, dapat meningkatkan kemungkinan reaktivasi virus yang tidak aktif. Banyak pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit juga menerima pengobatan ini. - Kondisi Kesehatan Lainnya
Penyakit lain, seperti diabetes atau gangguan sistem kekebalan tubuh, dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan herpes zoster. Mereka yang memiliki kondisi medis ini lebih rentan terhadap infeksi, termasuk reaktivasi virus varicella-zoster. - Vaksinasi
Vaksinasi terhadap varicella-zoster dapat mengurangi risiko terkena herpes zoster, terutama pada orang dewasa yang lebih tua. Namun, meskipun vaksin dapat mengurangi kejadian herpes zoster, ia tidak sepenuhnya menghilangkan kemungkinan reaktivasi.
Apa yang Dapat Dilakukan?
Bagi mereka yang berisiko atau telah terkena herpes zoster, penting untuk segera mencari pengobatan. Pengobatan antiviral yang diberikan dalam waktu 72 jam setelah munculnya gejala dapat mengurangi durasi dan keparahan gejala. Selain itu, vaksinasi varicella-zoster dapat membantu mencegah herpes zoster pada orang dewasa yang lebih tua.
Untuk mengurangi risiko reaktivasi herpes zoster, penting juga untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan dengan mengelola stres, makan dengan seimbang, dan menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat melalui olahraga teratur dan cukup tidur.
Kesimpulan
Peningkatan kasus herpes zoster di Singapura pasca-pandemi Covid-19 memicu pertanyaan mengenai hubungan antara keduanya. Covid-19, bersama dengan faktor-faktor lain seperti penuaan, penggunaan obat-obatan imunosupresif, dan stres, dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan reaktivasi virus varicella-zoster. Meskipun hubungan antara Covid-19 dan herpes zoster masih perlu diteliti lebih lanjut, penting bagi masyarakat untuk tetap waspada dan menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan untuk mencegah infeksi ini.